SMAN CMBBS

sMAN CAHAYA MADANI BANTEN BOARDING SCHOOL.

SAYEMBARA PENULISAN BAHAN BACAAN GERAKAN LITERASI NASIONAL 2017

Sayembara Penulisan Bahan Bacaan GLN 2017

PRAJAB ANGKATAN X

Angkatan X Diklat Prajabatan Prov Banten 2016

Selasa, 31 Januari 2017

Penerimaan Siswa Baru SMAN CMBBS


SMAN CMBBS membuka kesempatan bagi putera dan puteri terbaik Banten yang memilki potensi dan intelektualitas tinggi untuk dibina melalui proses pendidikan yang unggul sehingga memiliki kemampuan religik, akademik, dan sosial pribadi yang berwawasan global dan Islami.

Pendafataran calon Peserta Didik Baru SMAN CMBBS dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 18 Februari 2017
Pendaftaran dilaksanakan secara ONLINE ke http://ppdbsmancmbbs.sch.id dan semua berkas persyaratan pendaftaran dikirim melalui pos menggunakan amplop coklat besar ditujukan kepada :
Kepala SMAN CMBBS Provinsi Banten
C.q Panitia PPDB 2017
Jl.Raya Pandeglang – Labuan Km.03 Kuranten Kec. Majasari – Kabupaten Pandeglang
Kode Pos : 42216, Call Center Panitia : 081548492120, 085223685722, 08128812259

info lebih lengkap silahkan menuju tautan berikut :
PPDB SMAN CMBBS

MEMBIASAKAN MENULIS

Bagaimana membiasakan menulis? saya kerap kali bertanya dalam hati bagaimana membiasakan diri untuk menulis. jikapun belum pantas dikatakan "membiasakan", setidaknya bagaimana memulai menulis itu. meski saat ini saya sedang menulis, saya kerap kali merasa kesulitan saat memulai menulis. kesulitan untuk mengawali kalimat, entah kata apa yang pertama kali harus tertuangpun kadang-kadang menjadi blank. Meski mulanya di otak sudah ada ide yang hendak tertuang, tiba-tiba saat jari mulai menyentuh keyboard, semua rasanya seperti lenyap begitu saja. Why? jawabannya saya pikir karena "tidak terbiasa"! saya akui itu. kenapa tidak terbiasa? jawabannya bisa banyak hal. kemungkinannya mungkin seperti ini :

Belum Sadar tentang Pentingnya Menulis

Bagi sebagian orang, mungkin bertanya-tanya "Apa pentingnya menulis?". Apalagi bagi guru. banyak guru yang belum terbiasa dengan dunia tulis menulis. Guru Matematika misalnya, mungkin justru berpikir "Lho.. tulis menulis itu kan kegiatannya guru Bahasa Indonesia? Guru matematika mah cukup berkutat dengan angka saja". Misalnya seperti itu. Apakah pendapat tersebut benar? sy secara personal tidak sependapat dengan pemikiran tersebut. Menurut wikipedia, menulis merupakan kegiatan menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Jadi sangatlah beralasan, jika setiap guru harus terbiasa dengan menulis, sebab guru merupakan salah satu sumber informasi atau perantara informasi bagi muridnya. Nah, ini pentingnya menulis bagi guru :

Guru sebagai salah satu penyaji informasi

Sebagai seorang penyaji informasi, guru perlu belajar menulis, sebab informasi yang disampaikan akan mudah diterima jika informasi disajikan secara sistematis dan runtun. Disinilah salah satu manfaat menulis, karena dengan menulis, apa yang kita baca, apa yang kita pelajari akan mudah diingat. Apa yang ada di pikiran kita akan lebih runtun dan sistematis apabila dituangkan dalam sebuah tulisan. Dan tulisan yang sistematis itu membantu kita ketika akan mengeluarkannya secara lisan. Orang yang terbiasa menulis, bisa dipastikan apa yang diucapkannya pasti akan terdengan runtun,tidak berputar-putar, enak di dengar, dan mudah diterima. Pun ini menjadi pengingat dan pembelajaran untuk saya pribadi, karena saya bermasalah dengan public speaking, sepertinya dengan belajar menulis akan memperbaiki kemampuan berbicara sy di depan publik :)

Menulis penting dan mutlak diperlukan dalam Karya Ilmiah. 

Ketika kita menjadi guru, suatu ketika pasti kita menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran yang kita ajarkan. Entah itu sikap belajar siswa, entah itu hasil belajar siswa, dsb. Nah, tentu permasalahan tersebut membutuhkan solusi perbaikan. Dari permasalahan itulah guru harus mengadakan Penelitian Tindakan Kelas, atau yang kita kenal dengan PTK. Disinilah "menulis" itu berperan. Dengan membiasakan menulis (apapun itu), akan sangat membantu ketika kita akan menyusun sebuah karya ilmiah.

Kurang membaca 

Salah satu penyebab merasa susah menulis adalah kurangnya membaca. Seseorang yang susah menulis bisa dikarenakan tidak ada atau kurangnya "ide" menulis. Kenapa bisa sampai kurang ide? karena bisa jadi kurangnya wawasan pengetahuan, yang erat hubungannya dengan kurangnya aktivitas mencari informasi seperti dengan kegiatan membaca, atau mendengarkan berita (misalnya). Membaca dan Menulis erat kaitannya. keduanya sama-sama bermuara pada penyajian informasi. Membaca mencari informasi, kemudian menulis menuangkan kembali informasi hasil membaca agar lebih mudah diingat dan dipahami. "If you don't have time to read, you don't have the time (or the tools) to write. Simple as that" (Stephen King). Jadi jelas, membaca adalah salah satu "alat" untuk menulis. Begitu kira-kira :)

Malas atau Belum Ada Motivasi

Nah, ini alasan klasik yang sering hinggap di kebanyakan orang (ternmasuk saya. hehehe). Malas seringkali menyusup dengan berbagai alasan. "Nggak ada waktulah.., sibuklah.., nggak tau cara memulailah..," dsb. Untuk kasus ini nggak ada obat lain selain harus dipaksa memulai. Kalau saya sih mengakalinya dengan menulis yang ringan-ringan. Entah itu sekedar menulis untuk mengekpresikan Isi Hati (#eh :p ) Yup.. ini dia yang kebanyakan dilakukan perempuan. Nulis Diary. hehe.., tidak masalah. itupun suatu saat akan bermanfaat. Menulis menyisakan lega, begitu menurut saya :) , meskipun selama ini saya hanya menulis sebatas pendapat personal, menulis tentang dunia masak memasak, tapi saya terus berusaha meningkatkan kemampuan menulis saya. entah bagus atau enggak, entah ada yang membaca atau tidak, yang penting belajar menulis. tidak akan ada yang sia-sia, insyaAllah... Setidaknya hal-hal itu sebagai pemicu semangat saya dan alasan saya kenapa harus memulai membiasakan diri "menulis". Ala bisa karna biasa.. begitu kata pepatah. Tanpa memulai, tentu tidak akan terbiasa. Maka dari itu, mulailah.. biasakanlah..

sekian ^^

 Ikatlah ilmu dengan menuliskannya (Imam syafi'i)

Senin, 30 Januari 2017

STUDYING THE SCIENCES MATHEMATICS GRADE 10 - 12

referensi materi matematika grade 10 - 12

MENULIS EQUATION DI GOOGLE FORM

Banyak cara menulis equation di google form. salah satunya menggunakan g(math) -> math expression. cara menulis yang bisa digunakan salah satunya menggunakan kode latex.
untuk membuat kode latex, disini saya memakai daum equation editor. aplikasi ini bisa di download lewat chromestore. setelah diinstal, kita bisa memakainya baik secara online maupun offline.

untuk menulis equation perhatikan tanda kursor. kita bisa menulis equation seperti biasa. bedanya ketika kita mulai menulis equation, maka secara otomatis, kode latex akan muncul di bagian bawah. perhatikan contoh dibawah ini. bagian paling bawah yang saya blok hitam adalah kode latex yang akan kita gunakan nanti.

selanjutnya kode latex itu tinggal kita copy paste ke g(math) google form. misal pada google form belum terpasang g(math) maka kita harus menginstal terlebih dahulu. ikuti langkah-langkah berikut :
 1. klik titik 3, di sebelah kanan "kirim". lihat bagian "pengaya" (untuk bahasa indonesia) kemudian klik tulisan pengaya tersebut.


2. setelah di klik akan muncul tampilan seperti di bawah ini. kemudian cari dan instal g(math)

3. setelah di instal, menu g(math) akan muncul di bagian paling ujung atas google form, klik tulisan g(math) for forms

4. setelah di klik tulisan g(math) for forms akan muncul bagian-bagian g(math). perhatikan gambar di bawah ini. kemudian pilih "create math expressions" 

5. setelah di klik "create math expressions" akan muncul tampilan seperti di bawah ini. klik bagian advance untuk memunculkan kotak kode latex.

6. Copy kode latex yang berada di daum equation editor tadi. kemudian paste ke kotak latex yang disediakan
 paste ke kotak latex editor
sehingga muncul kode latex

7. untuk memasukkan kode latex menjadi equation di google form, klik warna hijau yang ada tanda panahnya (di atas latex editor)
equation akan muncul di form seperti tampilan dibawah ini 
klik menu preview (bagian paling atas forms) untuk meilhat tampilan soal yang kita buat 

SELESAI ^^

Demikian langkah - langkah menggunakan kode latex di google forms. Semoga bermanfaat ^^

 
 







 


Minggu, 29 Januari 2017

ULAR TANGGA TURSITRI

Alat Bantu Peraga Matematika pada materi turunan. Alat peraga ini bernama "UTANG TURSITRI" (Ular Tangga Turunan Fungsi Trigonometri". Alat peraga yang berupa permainan ini pada dasarnya cara penggunaanya mirip dengan ular tangga pada umumnya. Keterangan lebih lanjut akan di paparkan pada gambar di bawah ini.
 





HARGA : Rp. 20.000

Berminat? Hub wa : 085702350505

"SAGUSABLOG" Guru Nge-Blog Bersama IGI



Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Sedangkan Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Kompetensi Profesional seorang Pendidik salah satunya adalah mampu memanfaatkan TeknoIogi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sampai saat ini pemanfaartan media pembelajaran online belum berkembang dengan optimal di Indonesia. Salah satu kendala pengembangan media pembelajaran online adalah kurang dikuasainya teknologi pengembangan media online oleh para pengajar.
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat dan memanfaatkan media pembelajaran online, maka IGI  menyelenggarakan Workshop Pembuatan Blog Guru dengan nama SAGUSABLOG.  Pada workshop ini, guru berlatih membuat dan memanfaatkan blog yang nantinya akan bermanfaat sebagai salah satu media pembelajaran. Baik penyampaian materi, interaksi ataupun tes secara online bisa dilakukan melalui blog yang telah dibuat.
sagusablog blog guru
didownload dari https://mr.mung.web.id/
Kegiatan workshop pembuatan blog guru dilaksanakan dengan sistem daring full online 24 jam, dari tanggal 29 Januari s/d 05 Februari 2017. Workshop ini diikuti peserta sebanyak kurang lebih 150 orang. Peserta di wajibkan untuk menyelesaikan 6 modul pada kategori kelas dasar dan 9 modul pada kategori kelas lanjut. Nantinya peserta yang telah menyelesaikan workshop akan mendapat sertifikat 41 JP dari IGI.
Pelatihan  yang dikembangkan dan diterapkan ini diharapkan akan memberikan wawasan baru dalam pembuatan media pembelajaran online khususnya blog, mengingat pembuatan blog yang menarik relatif mudah. Dengan dikuasainya pembuatan blog ini diharapkan akan pemicu kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran yang menarik sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

REKAP NILAI MATERI LIMIT

SILAHKAN MELIHAT REKAP NILAI TES MATERI LIMIT

SMAN CMBBS

SMAN CMBBS

RPP Math(M) Materi LIMIT

RPP Matematika Peminatan Materi Limit

Belajar Membuat QRCode

Kode QR adalah suatu jenis kode matriks atau kode batang dua dimensi yang dikembangkan oleh Denso Wave, sebuah divisi Denso Corporation yang merupakan sebuah perusahaan Jepang dan dipublikasikan pada tahun 1994 dengan fungsionalitas utama yaitu dapat dengan mudah dibaca oleh pemindai QR merupakan singkatan dari quick response atau respons cepat, yang sesuai dengan tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, kode QR mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis Kode QR dapat menampung informasi yang lebih banyak daripada kode batang.(soon,2008)(wikipedia)
Awalnya kode QR digunakan untuk pelacakan kendaraan bagian di manufaktur, namun kini kode QR digunakan dalam konteks yang lebih luas, termasuk aplikasi komersial dan kemudahan pelacakan aplikasi berorientasi yang ditujukan untuk pengguna telepon seluler. Di Indonesia, kode QR pertama kali diperkenalkan oleh KOMPAS. Dengan adanya kode QR pada koran harian di Indonesia ini, pembaca mampu mengakses berita melalui ponselnya bahkan bisa memberi masukan atau opini ke reporter atau editor surat kabar tersebut.
Ternyata dengan berkembangnya kode QR dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Beberapa waktu lalu, melalui diskusi di salah satu forum telegram yaitu IDT (Indonesia Digital Teacher), seorang rekan membagikan inspirasi penggunaan kode ini dalam pembelajaran, diantaranya sebagai verifikator jawaban siswa saat ulangan, perpustakaan materi (shortcut menuju website yang terkait materi tanpa harus mengetikkan alamat website), juga lebih lanjut lagi, kode QR dapat dipasang pada kartu pelajar, sehingga akan mempermudah proses absensi siswa, dan mempermudah akses bagi para siswa,guru, dan orang tua murid kepada informasi proses belajar mengajar.
Lantas bagaimana cara membuat Kode QR ini?
Sebenarnya sudah banyak tutorial pembuatan kode QR ini di youtube. berikut saya lampirkan salah satu video tutorial pembuatan kode QR ini.

Selain seperti yang dicontohkan dalam tutorial, kita bisa juga membuat kode QR melalui website qrstuff
Berikut salah satu kode QR yang saya buat.
Penasaran dengan isi kode QR yang saya buat ini? :) Jangan khawatir.., cara membaca kode QR ini cukup mudah.
Kode QR dapat dibaca dengan menggunakan kamera ponsel yang memiliki aplikasi pembaca kode QR dan memiliki akses internet GPRS atau WiFi atau 3G untuk menghubungkan ponsel dengan situs yang dituju via kode QR tersebut. Dalam hal ini adalah pengguna ponsel hanya harus mengaktifkan program pembaca kode QR. Pada android misalnya, pengguna cukup mendownload aplikasi "qrcode reader for android" di playstore. kemudikan cara penggunaannya cukup dengan mengarahkan kamera ke kode QR, selanjutnya program pembaca kode QR akan secara otomatis memindai data yang telah tertanam pada kode QR. Jika kode QR berisikan alamat suatu situs, maka pengguna dapat langsung mengakses situs tersebut tanpa harus lebih dulu mengetikkan alamat dari situs yang dituju. Begitu juga jika kode berisi plain text, maka kalimat yang ada dalam kode tersebut dapat terbaca dengan mudah.

Semoga bermanfaat ^^


TES ONLINE MATH(M) MATERI LIMIT KELAS XI

Silahkan mengerjakan soal-soal di bawah ini!

TES MATH(M) MATERI LIMIT

Untuk mengerjakan tes akhir matematika minat materi limit silahkan klik pada tautan di bawah ini :
LIMIT

4 PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO



Salah satu indikator kualitas kesejahteraan suatu bangsa, ditentukan oleh pendidikan, karenanya arah kebijakan pendidikan suatu bangsa menunjukan arah kesejahteraan yang ingin dicapai bangsa tersebut. Untuk itu UNESCO memberi koridor pendidikan dalam 4 pilar yakni : learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Dalam perjalanan selanjutnya, pilar ke empat ditambahkan menjadi lerarning to live together in peace an harmony. Berikut ini penjelasan tentang ke-4 pilar pendidikan tersebut

http://singgihsubiyantoro.blogspot.co.id

Learning to know (belajar mengetahui)

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

Learning to be (belajar melakukan sesuatu)

Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata.

Learning to be (belajar menjadi sesuatu)

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

Learning to live together (belajar hidup bersama)

pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama.
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Menjadikanmu Kukuh Nak, Bukan Kaku



Tertarik dengan tulisan salah seorang sahabat teman saya, Dhian Nurma. Saya copy dari blog misscelanous though. Tulisan ini bagi saya pribadi menjadi pengingat untuk saya sebagai seorang guru yang masih berada dalam taraf “guru kognitif” agar terus memperbaiki diri, bercermin menjadi lebih baik. Boleh ya saya bagi.. ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kemarin sepulang dari sebuah agenda, saya tidak sengaja menemukan selembar publikasi yang berisikan sebuah pengumuman tentang penerimaan siswa baru sebuah taman kanak-kanak.
Awalnya saya mengamati bagian biaya. Untuk biaya perbulan 150ribu perbulan dan biaya masuk sebesar 1,5 juta sudah termasuk 4 stel pakaian sekolah. Jadi teringat biaya di TK tempat saya mengajar yang perbulannya 450rb dan biaya masuk sebesar 8,5 juta. Oh, well. Pendidikan sekarang memang mahal. Dan sulit sekali menemukan taman kanak-kanak yang memiliki biaya murah di zaman serba mahal seperti ini.

Tapi yang paling menganggetkan adalah kurikulum yang ditawarkan oleh mereka (sekolah dengan biaya 150ribu perbulan itu), antara lain:

* Membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia
* Membaca dan menulis dalam bahasa Inggris
* Belajar komputer


Entah mengapa mereka bangga. Saya tidak paham.

Begini, dari beberapa buku yang saya baca serta salah satu jurnal tentang pendidikan yang pernah saya unduh di internet, banyak yang menyatakan bahwa, anak-anak di bawah umur 7 tahun harusnya lebih banyak melalui fasa bermain, bukan belajar. Apalagi sampai belajar membaca dan menulis.

Mereka (anak-anak dibawah umur 7 tahun) boleh diperkenalkan dengan huruf-huruf dan angka-angka, tetapi bukan belajar mengeja apalagi hingga membaca.
Makanya saya juga cukup kaget waktu tahu ada beberapa taman kanak-kanak yang mewajibkan tes tertulis, berhitung, dan membaca.

Kenapa dilarang?

Karena akan mematikan fungsi otak kanan yaitu yang lebih menguasai tentang kreativitas.


Tahu tidak mengapa anak-anak Indonesia itu lebih banyak meraih olimpiade dibandingkan nobel. Dari sebuah artikel yang pernah saya baca dan saya pernah mengalami sendiri, di olimpiade kita lebih menggunakan otak kiri, sedangkan untuk mendapatkan nobel kita perlu inovasi dan karya terbaru di sebuah bidang, yang berarti juga membutuhkan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa pendidikan di Indonesia lebih menginginkan anak-anaknya menjadi robot-robot dengan kecerdasan otak kiri yang begitu maksimal, dibandingkan menyeimbangkan keduanya. Padahal, anak-anak di umur 0-7 tahun, adalah masa keemasan anak-anak yang menentukan sikap atau karakter seorang anak di masa mendatang.

Dan, keseimbangan otak kanan dan otak kiri bisa didapatkan dengan lebih banyak bermain dan berinteraksi sosial dibandingkan berkutat dengan huruf dan angka.


Saya kemudian ingin berbagi salah satu artikel yang tidak sengaja saya baca tadi pagi sembari sarapan. Tulisan karya Rhenald Kasali yang berjudul Dua Jenis Guru.
Diungkapkan bahwa ada dua jenis guru; guru kognitif dan guru kreatif. Yang mana guru kognitif sangat berpengetahuan. Mereka hafal segala macam rumus, banyak bicara, banyak memberi nasehat, sayangnya sedikit sekali didengarkan. Bagi guru jenis ini, ia akan merasa bangga jika muridnya mendapat nilai tinggi, disiplin belajar, ramput rapi, bajunya dimasukkan ke dalam celana/ rok, dan hafal semua materi yang diajarkan. Bagi guru kognitif, pusat pembelajaran ada di kepala manusia (brain memory). Asumsinya, semakin banyak yang dihafal dan diketahui seseorang, semakin pintar orang itu, sehingga memiliki masa depan yang baik. Dan semakin pintar akan membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih baik.

Guru kognitif adalah guru-guru yang sangat berdisiplin. Mereka sangat memegang aturan, atau meminjam istilah para birokrat (PNS), sangat patuh pada ”tupoksi”. Karena ujian masuk perguruan tinggi adalah ujian rumus, guru-guru kognitif ini adalah kebanggaan bagi anak-anak yang lolos masuk di kampus-kampus favorit. Kalau sekarang, mereka adalah kebanggaan bagi siswa-siswa peserta UN. Sayangnya, sekarang banyak ditemukan anak-anak yang cerdas secara kognitif sulit menemukan ”pintu” bagi masa depannya. Anak-anak ini tidak terlatih menembus barikade masa depan yang penuh rintangan, lebih dinamis ketimbang di masa lalu, kaya dengan persaingan, dan tahan banting.

Anak-anak produk guru kognitif ini ibarat kereta api Jabodetabek yang hanya berjalan lebih cepat daripada kendaraan lain karena jalannya diproteksi, bebas rintangan. Beda benar dengan kereta supercepat Shinkanzen yang memang cepat. Yang satu hanya menaruh lokomotif di kepalanya, sedangkan yang satunya lagi, selain di kepala, lokomotif ada di atas seluruh roda besi dan relnya.

Sedangkan guru kreatif adalah guru yang sering kali dianggap aneh di belantara guru-guru kognitif. Sudah jumlahnya sedikit, mereka sering kali kurang peduli dengan tupoksi dan silabus. Mereka biasanya juga sangat toleran terhadap perbedaan dan cara berpakaian siswa. Tetapi, mereka sebenarnya guru yang bisa mempersiapkan masa depan anak-anak didiknya. Mereka bukan sibuk mengisi kepala anak-anaknya dengan rumus-rumus, melainkan membongkar anak-anak didik itu dari segala belenggu yang mengikat mereka.

Belenggu- belenggu itu bisa jadi ditanam oleh para guru, orang tua, dan tradisi seperti tampak jelas dalam membuat gambar (pemandangan, gunung dua buah, matahari di antara keduanya, awan, sawah, dan seterusnya). Atau belenggu-belenggu lain yang justru mengantarkan anak-anak pada perilaku-perilaku selfish, ego-centrism, merasa paling benar,sulit bergaul, mudah panik, mudah tersinggung, kurang berbagi, dan seterusnya.

Guru-guru ini mengajarkan life skills, bukan sekadar soft skills, apalagi hard skill. Berbeda dengan guru kognitif yang tak punya waktu berbicara tentang kehidupan, mereka justru bercerita tentang kehidupan (context) yang didiami anak didik. Namun, lebih dari itu, mereka aktif menggunakan segala macam alat peraga. Bagi mereka, memori tak hanya ada di kepala, tapi juga ada di seluruh tubuh manusia.

Memori manusia yang kedua ini dalam biologi dikenal sebagai myelin dan para neuroscientist modern menemukan myelin adalah lokomotif penggerak (muscle memory). Di dalam ilmu manajemen, myelin adalah faktor pembentuk harta tak kelihatan (intangibles) yang sangat vital seperti gestures, bahasa tubuh, kepercayaan, empati, keterampilan, disiplin diri,dan seterusnya.

Saat bertemu guru-guru kognitif, saya sempat bertanya apakah mereka menggunakan alat-alat peraga yang disediakan di sekolah? Saya terkejut, hampir semua dari mereka bilang tidak perlu, semua sudah jelas ada di buku. Beberapa di antara mereka bahkan tidak tahu bahwa sekolah sudah menyediakan mikroskop dan alatalat bantu lainnya. Sebaliknya,guru-guru kreatif mengatakan: ”Kalau tidak ada alat peraga,kita akan buat sendiri dari limbah. Kalau perlu, kita ajak siswa turun ke lapangan mengunjungi lapangan. Kalau tak bisa mendatangkan Bapak ke dalam kelas, kita ajak siswa ke rumah Bapak,” ujarnya. Saya tertegun. Seperti itulah guru-guru yang sering saya temui di negara-negara maju. Di negara-negara maju lebih banyak guru kreatif daripada guru kognitif. Mereka tak bisa mencetak juara Olimpiade Matematika atau Fisika,tetapi mereka mampu membuat generasi muda menjadi inovator, entrepreneur, dan CEO besar. Mereka kreatif dan membukakan jalan menuju masa depan.

Inilah mengapa, pengetahuan mengenai bagaimana mendidik anak di masa emas tumbuh kembangnya sangat perlu dipahami dengan baik oleh para orang tua dan calon orang tua.